Malam ini, aku tiba di rumah pukul 23.10 WIB. Ketauhilah,
aku menulis ini dengan banyak senyum di sudut bibirku. Baru kali ini, hati dan
logika ku menyatu, menciptakan sebuah kebahagiaan, bukan lagi kegundahan
seperti biasanya. Apa yang terjadi denganku?
***
Ada banyak hal yang harus dibicarakan, tentang bagaimana
kisah yang akan kita bangun. Setiap kali kamu mengatakan bahwa ada yang ingin
kamu sampaikan, hati ini resah, takut, jikalau apa yang akan kau utarakan itu
adalah pilihan. Aku meng-iya-kan, lalu kita mencari waktu, kinilah saatnya
untuk bertemu.
Tibalah kita di suatu café
yang masih hidup malam ini. Aku dan kamu duduk berhadapan, memandang
minuman masing-masing, ada keraguan untuk memulai pembicaraan. Tak ingin larut disituasi seperti ini, aku memberanikan diri menyampaikan maksud hati
untuk menjauh.
Aku tumpahkan semua sesuai rencana, ku puncakkan logika, ku munafikkan hati. Kau dengan
kepala tertunduk mendengarkannya, apa yang ada di benakmu? Suasana ini, hampir
saja aku menitikkan air mata, tapi ada kamu di sini, kuputar bola mata ke atas, mencegahnya untuk jatuh. Kamu sepertinya tidak siap mengetahui keputusanku. Aku
mengerti, ku beri giliran untukmu berbicara.
Kamu menuangkan semua yang ada di benak atau hatimu,
tentang kita. Tentang banyak bahagia yang kau rasakan selama denganku, tentang ke-tidak-siap-an untuk melewatkanku, lagi. Kamu sangat jujur malam ini, manis
sekali. Aku menatapmu lekat, kau gundah, kau berbicara dengan sangat
hati-hati terhadapku, sesekali kau bubuhi dengan canda agar kita bisa tertawa.
Aku terjebak di keadaan ini, ruang ini. Pilihan hatiku, yang
benar-benar sudah ku ikhlaskan, dengan sekuat hati menyakinkan bahwa itu
adalah keputusan terbaik, tapi bersama dan dapat memandangmu pun membuatku luluh.
Kalimat “aku memilih untuk mundur” hanya bergelumit di kerongkongan, tak sampai
terucap.
Pikiran kita rumit, kita berdua sama-sama tidak siap untuk
saling meninggalkan. Entah, kamu terlihat resah, namun aku senang kamu tak
ingin aku pergi. Raut wajahmu menggambarkan ingin aku untuk tinggal. Akhirnya,
kita membuat keputusan bersama.
Aku akan menunggumu dan tetap ada di sampingmu, namun jika
ada seseorang yang bisa membuka hatiku, aku akan memberi kesempatan untuknya. Kita
sepakat. Lega, senang sekali aku tetap bersamamu. Aku masih memiliki waktu
dengamu, aku masih bisa dengan bebas menemuimu.
Lalu kita pulang, berboncengan sembari bersenandung tenang,
menikmati malam di jalanan kota. Apa yang kita putuskan adalah keegoisan kah?
Aku tidak peduli. Apapun itu asal dengamu. Tetaplah bersamaku.
0 coment�rios:
Posting Komentar